BERITA TERBARU - Untuk mencetak lulusan yang berorientasi pada technopreneurship tidak cukup hanya melalui teori saja. Dibutuhkan praktik dengan terjun langsung ke lapangan dan melakukan observasi mendetail.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Koordinator Umum Bootcamp for Young Technopreneur (BYTe) Surya University (SU), Dessy Aliandrina. Dia menyebut, kegiatan BYTe yang diikuti oleh 30 mahasiswa program studi Technopreneurship SU bisa memperkaya pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama kuliah.
"Menekankan technopreneurship, artinya mereka usaha berbasis teknologi. Mereka paham konsep inovasi dan teknologi. Tidak hanya itu, mereka juga harus terjun ke lapangan, yakni industri. Menemukan gap di lapangan. Hal ini yang menjadi kesempatan untuk berinovasi," ungkap Dessy ketika berbincang di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (12/4/2014).
Dia menyatakan, ide untuk berinovasi tidak terbatas. Setiap hal sederhana bisa lahir sebagai inovasi besar. Namun, lanjutnya, kita harus benar-benar peka terhadap persoalan yang ada di sekitar.
"Ide bisa muncul dari mana saja jika mereka benar-benar memperhatikan lingkungan sekitar. Dengan melakukan observasi, ketidaknyamanan yang ditimbulkan di lapangan bisa menjadi peluang untuk menghadirkan inovasi baru," tuturnya.
Meski sebagai sarana untuk menambah pengetahuan mahasiswa terhadap dunia industri, Dessy mengaku tetap memberikan suasana kompetisi di dalamnya. Hal itu, lanjutnya, agar ide kreatif para peserta terus terpacu.
"Kegiatan ini sebagai reward dari prestasi mereka sekaligus tantangan sehingga mereka terus belajar. Kami jaga tetap kompetitif agar ide terus lahir. Kompetisi kelompok dan individu. Menjaga kekompakan sebagai tim dan menonjol dalam pribadi," urai Dessy.
Dia menambahkan, setiap event BYTe akan menyasar industri berbeda. Mulai dari industri makanan, agroindustri, hingga retail. Pemilihan industri, lanjutnya, tergantung pada setiap industri yang mau membuka diri sebagai mitra kerjasama.
"Tiap tahun industri berubah. Di Cipanas petani organik. Kemudian beberapa waktu lalu dengan budidaya jamur dan pengolahan tahu. Sekarang dengan industri retail. Siapa saja industri di sekitar yang mau membuka diri atas persoalan yang mereka alami terhadap kami," tutupnya.