YOGYAKARTA - Mahasiswa baru (maba) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang berasal dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini mempunyai kesempatan tinggal di kampusnya selama mereka mengenyam pendidikan. Lho, kok bisa?
Bisa dong, asrama ini dikhususkan bagi maba UGM. UGM tidak hanya menyediakan fasilitas asrama untuk tempat tinggal, tapi juga menjadikan asrama itu sebagai wahana interaksi lintas kultural. Asrama yang diberi nama UGM Residence ini, para mahasiswa digenjot agar mampu menjalankan peran dari status baru yang disandang, yaitu sebagai agent of change.
"Pendidikan di level SMA dan universitas beda jauh. Dari yang dulunya siswa, menjadi mahasiswa. Tuntutannya berbeda, dari cara belajar, cara beradaptasi, kita ingin memfasilitasi proses itu," ujar General Manager (GM) UGM Residence Boyke R. Purnomo, S.E., M.M, seperti dilansir dari laman UGM, Sabtu (18/1/2014).
Tapi, asrama yang diperuntukkan bagi maba tidak sampai masa studinya selesai, melainkan hanya satu tahun tinggal di asrama. Selama 365 hari dianggap cukup untuk para maba tinggal di asrama sebelum nantinya dilepas ngekos dan berbaur dengan masyarakat. Selama satu tahun di asrama, proses perubahan dari predikat siswa menjadi mahasiswa diharapkan tidak mengalami hambatan.
"Tidak semua mahasiswa dengan statusnya itu bisa melaluinya dengan baik, terutama untuk mereka dari kalangan dengan latar belakang kurang mendukung, seperti dari sisi keluarga maupun asal daerah," ucapnya.
Oleh karena itu, penghuni UGM Residence lebih diprioritaskan kepada maba. Semua maba diberi kesempatan untuk mendaftar tinggal di asrama. Namun, karena keterbatasan fasilitas, tidak semua maba bisa menampung di asrama tersebut. Dengan demikian, pengelola melakukan seleksi bagi calon penghuni asrama. "Kita memberikan kesempatan seluas-luasnya pada semua maba untuk tinggal. Prinsipnya, siapa yang datang dulu, kita layani." ungkapnya.
Pengelola asrama juga menerapkan syarat-syarat lain, yaitu selain menyandang sebagai status maba, mereka harus berasal dari luar DIY dan sanggup menaati tata tertib yang berlaku di asrama. Yang tidak kalah penting, maba di asrama diwajibkan mengikuti program pengembangan kemampuan soft skill. Yang terakhir, ini merupakan salah satu program unggulan yang ditawarkan UGM Residence dan wajib diikuti. "Supaya berbeda antara mereka yang tinggal di asrama dengan yang tidak," jelasnya.
Kegiatan pelatihan pengembangan kemampuan soft skill tersebut ditujukan bagi warga asrama, supaya siap untuk sukses selama kuliah. Berbagai pelatihan yang diwajibkan, yaitu cara sukses dalam belajar, berinteraksi, dan menyiapkan potensi diri. Tidak hanya itu, pelatihan untuk pengembangan kemampuan dalam kepemimpinan, kewirausahaan, keterampilan menulis, dan tes TOEFL juga diberikan.
"Kita sudah mempunyai kurikulum berdasarkan formulasi yang dikembangkan UGM. Mahasiswa memiliki kewajiban minimal empat kali dalam setahun mengikuti kegiatan ini," katanya.