YOGYAKARTA - Tidak seperti di kampus-kampus pada umumnya yang mempunyai asrama di sebuah universitas yang mempunyai banyak kamar, sehingga seluruh mahasiswa baik lama maupun baru bisa menampung di kampusnya. Berbeda dengan asrama di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, walaupun terbilang baru mendirikan sebuah asrama untuk tempat tinggal mahasiswanya, asrama tersebut sangat terbatas, yaitu hanya mempunyai 361 kamar saja.
UGM Residence, begitu nama asramanya itu berdiri di empat lokasi di lingkungan kampus, yaitu Bulaksumur Residence, Cemaralima Residence, Darmaputera Residence, dan Ratnaningsih Residence. Dua asrama baru lainnya, yaitu Kinanti Residence dan Sendowo Residence kini juga tengah dibangun yang rencananya akan diresmikan pada pertengahan 2014. Asrama tersebut terdiri atas 783 tempat tidur, dengan aturan satu kamar diisi minimal dua orang.
"Poinnya tidak ada satu kamar satu orang. Karena ada prinsip, tiap penghuni asrama harus saling berinteraksi," ujar General Manager (GM) UGM Residence Boyke R. Purnomo, S.E., M.M, seperti dilansir dari laman UGM, Sabtu (18/1/2014).
Dengan menerapkan peraturan first come, first served, penghuni asrama hingga saat ini mewakili hampir seluruh pelosok daerah di Indonesia. Tidak hanya dari daerah-daerah di Indonesia, sekira 140 mahasiswa asing pun memilih tinggal di asrama. Untuk biaya sewa sendiri, setiap maba merogoh gocek tarif sekira Rp250 ribu hingga Rp500 ribu per bulan.
"Di asrama, ada semangat saling menghargai, respek terhadap apa yang dilakukan, dan memahami satu dengan yang lain," ucapnya.
Sebut saja salah satu mahasiswi yang memilih tinggal di asrama Heny Wijaya. Dia mengatakan bahwa dengan tinggal di asrama, dia bisa memiliki banyak teman dan saat ini bisa mengenal teman dari berbagai daerah dan negara.
"Kondisi di sini sangat plural, saya mengenal dunia baru. Awalnya saya menyangka tinggal di asrama, identik dengan banyak aturan, membatasi diri dan lingkungan. Ternyata tidak sama sekali, justru saya bisa beriteraksi dengan teman lain,” ungkap mahasiswi jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM itu.
Tinggal satu kamar dengan mahasiswi asal Malaysia dari Fakultas Kedokteran Hewan Jenifer Tai Wei Ling, mahasiswi asal Semarang itu mengutarakan, tinggal dengan mahasiswa lain dalam satu kamar memang membutuhkan proses adaptasi dan menuntut perasaan untuk saling menghargai satu sama lain.
"Kadang ada penghuni asrama yang merasa tidak cocok dengan teman sekamarnya. Namun setelah dimediasi, mereka akhirnya bisa menerima," kata mahasiswi penghuni asrama Bulaksumur itu.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu melanjutkan, dirinya memilih tinggal di asrama setelah mendapat infromasi dari salah satu alumnus asrama. Dia pun mencoba mendaftar sejak awal masuk kuliah pertengahan 2012. Karena mahasiswa hanya diperuntukkan untuk tinggal selama satu tahun di asrama, namun karena Heny dianggap berprestasi dalam mengikuti kegiatan soft skill, dirinya pun mendapat beasiswa tambahan satu tahun tinggal di asrama.