Dalam penelitian yang diterbitkan di Personality and Social Psychology Bulletin, Dr Chris Fraley dari University of Illinois bersama mahasiswa pascasarjana meneliti waktu percerain dan efek perceraian. Dr Fraley melihat bagaimana perceraian mempengaruhi hubungan anak dengan ibu serta hubungan anak dengan ayah.
Dalam studi pertama, mereka menganalisis data dari 7.735 responden dalam survei tentang kepribadian dan hubungan dengan orangtua. Lebih dari sepertiga orang yang orangtuanya bercerai dan orangtua yang bercerai ketika mereka berusia 9 tahun.
Para peneliti menemukan bahwa orang dengan orangtua bercerai cenderung merasa tidak nyaman saat berhubungan dengan ayah dibandingkan dengan ibu. Untuk membantu menjelaskan hal in, Dr Fraley mengulang analisis mereka dengan membuat kelompok responden baru berjumlah 7.500 orang.
Kali ini mereka meminta peserta untuk mengatakan siapa di antara ayah dan ibu yang memiliki hak asuh setelah bercerai? Sebagian besar peserta, sekitar 74%, mengatakan mereka tinggal bersama ibu. Sementara 11% responden tinggal bersama ayah. Sisanya tinggal dengan kakek-nenek atau wali lainnya.
Para peneliti menemukan, responden yang tinggal bersama ibu cenderung merasa tidak aman saat berelasi dengan ayah. Dan responden yang tinggal bersama ayah juga merasa tidak aman.
Hal lain yang ditemukan oleh para peneliti adalah bahwa dalam beberapa tahun pertama, orang yang orangtuanya bercerai cenderung memiliki hubungan buruk dengan ayah dan ibunya.
Sumber : Intisari Online